Rabu, 13 Juli 2016

BERBAGI CERITA MENJADI SANTRI

Pengalaman menjadi seorang santri memiliki cerita dan kesan tersendiri yang tak akan pernah  terlupakan. Hiruk pikuk Perjalanan hidup semasa menjadi santri memberikan warna berbeda. Karena banyak ragam pengalaman, cerita yang tak akan pernah saya dapatkan ketika mengenyam pendidikan di luar pesantren.

Semenjak mengeyam pendidikan tingkat TK, SD, SMP hingga SMA saya tidak pernah berfikir untuk mondok, karena bagi saya mondok itu seperti penjara yang mengekang kebebasan sehingga kalangan santri menyebut pondok itu sebagai penjara suci.

Entah kenapa kedua orang tua mewajibkan saya untuk mondok padahal sedikitpun keinginan untuk mondok tidak ada, Mungkin orang tua saya punya alasan tersendiri mengapa saya dimasukkan dalam pesantren. karena dari empat bersaudara hanya saya yang agak sulit disuruh untuk mondok sampek – sampek nangis di pundak ibu. Ahh . . . sudah lupakan, itu sebuah kenangan yang tak akan pernah terulang tapi patut untuk dikenang untuk cerita anak – anak saya kelak hahahaha . . . 

Saya menjadi santri di pondok pesantren salafiyah syafi’iyah sukorejo hanya 3 tahun. Bagi orang – orang pesantren 3 tahun hanya sebatas “ngampong kemmeh” bahasa ini populer dikalangan pesantren yang artinya hanya “Numpang kencing”. Bayangkan 3 tahun mondok diibaratkan hanya numpang kencing  jika diibaratkan dengan makanan hanya mencicipi. Walaupun hanya sebatas mencicipi saya mendapatkan banyak pelajaran yang sangat berharga semasa hidup di penjara suci.

Hari pertama ke dua hingga sebulan hidup dipesantren, saya merasakan laiknya dipenjara karena kebebasan yang pernah saya rasakan di luar tidak saya dapatkan dikehidupan pesantren. Saya merenung dikamar sendiri dan bergumam, seperti ini ya kehidupan pesantren. “Ya Allah, saya tak kerasan, saya ingin pulang”. 

Seiring dengan berjalannya waktu, hampir setahun hidup dipenjara suci saya mulai kerasan dan menikmati hidup dipesantren karena saya selalu terngiang pesan orangtua “kamu harus mondok, entah berapa tahun kamu dipondok intinya kamu harus mondok karena saya ingin kamu lebih baik serta mempunyai pegangan ketika hidup diluar pesanten”. Pesan inilah yang membuat saya semangat untuk menikmati kehidupan pesantren.

Pengalaman serta kesan apapun yang saya alami di pesantren, memberikan pelajaran berarti. Suka – duka menjadi kaum bersarung serta berpeci  hanya bisa saya rasakan di lingkungan pesantren. Hidup di pesantren mengajarkanku bagaimana menjadi pribadi yang mandiri, jauh dari keluarga, saudara, sahabat yang selalu menemani.

Berbicara kebersamaan, dipesantren kebersamaan antara santri yang satu dengan yang lainnya sangat kuat seakan – akan sudah menjadi keluarga yang selalu bersama. Saya ingat, ketika ada orang tua santri yang datang untuk mengunjungi anaknya, pasti wali santri membawa nasi untuk anaknya serta santri lainnya yang tinggal sekamar. Dari bungkusan nasi itulah kebersamaan santri terihat, sebelum makan bungkusan nasi itu digabung jadi satu sehingga bisa makan bersama – sama, ramai saling berebut nasi sudah menjadi hal biasa yang menjadikan sebuah kebersamaan semakin erat.

 Tidur bersama, saling berebut tempat tidur, hingga berebut selimut menghiasi kebersamaan para santri disaat akan tidur. Ketika musim dingin sebagian para santri saling erat berpelukan untuk mencari kehangatan “gak ada niat apa – apa” Intinya semua demi kehangatan serta kebersamaan.

Main sepak bola di alas padahal bermain sepakbola dipesantren dilarang, jika ada keamanan para santri lari menyelamatkan diri masing – masing karena jika tertangkap maka akan di sel atau kelapanya digundul. dan masih banyak cerita lain yang tak bisa saya ceritakan semua. Biar tahu kehidupan pesantren mangkanya ayo  mondok.

Di pondok pesantren salafiyah syafi’iyah terkenal dengan yang namanya barokah. Menurut kamus besar bahasa indonesia (2008:179) berkah adalah “karunia tuhan yang mendatangkan kebaikan bagi kehidupan manusia” sedangkan menurut istilah, barokah adalah ZIYADATUL KHAIR, artinya “bertambahnya kebaikan” ( Imam Al- Ghazali, Ensiklopedia Tasawuf, hal. 79 ) para ulama juga menjelaskan makna berkah sebagai segala sesuatu yang banyak dan melimpah, mencakup berkah – berkah material dan spiritual, seperti keamanan, ketenangan, kesehatan, harta, anak, dan manusia. 

Saya pernah ikut  Alm. KHR. Fawaid As’ad syamsul Arifin ke jember waktu itu ada acara syuting gambus albadar kebetulan saya semobil dengan kiai. Ketika sampai ditempat syuting kiai istirahat dan makan bakso, baksonya masih tersisa, sisa bakso itulah menjadi rebutan oleh para santri, tujuannya satu demi mendapatkan barokahnya kiai, ketika itu saya dapat kuahnya. Ada lagi santri yang selalu menata sandal kiai, ada santri yang mengabdi untuk menyapu halaman rumah kiai serta banyak hal lainya yang bisa dilakukan demi mendapatkan barokah sang kiai dan pesantren.

Saya bangga menjadi santri. Karena dengan menjadi santri saya sedikit tahu ilmu agama. saya bangga menjadi santri karena dengan mejadi santri saya bisa merasakan nikmatnya kebersamaan yang tidak bisa saya dapatkan diluar penjara suci. Saya bangga menjadi santri karena saat menjadi santri saya sering menulis surat cinta dikertas putih yang tak pernah ku lakukakn ketika menjadi alumni. saya bangga menjadi santri karena saat menjadi santri saya diajarkan untuk menjadi orang yang sederhana yang tak gampang puas diri. saya bangga menjadi santri karena saat menjadi santri saya di didik untuk menjadi insan yang islami. saya bangga menjadi santri karena dari santri saya siap berkecimpung dengan masyarakat. saya bangga menjadi santri karena dari santri saya tahu bahwasanya ilmu dunia serta akhirat harus seimbang agar tak salah dalam melangkah. 

Terimaksih Bapak,Ibu telah memaksaku untuk mengenyam ilmu di penjara suci, sekarang aku sadar bahwasanya mondok itu penting walaupun mengekang diri. 

Ayo Mondok, Santri itu keren lo, ukirlah cerita manis di penjara suci.


4 komentar: