Pengalaman
menjadi seorang santri memiliki cerita dan kesan tersendiri yang tak akan
pernah terlupakan. Hiruk pikuk
Perjalanan hidup semasa menjadi santri memberikan warna berbeda. Karena banyak
ragam pengalaman, cerita yang tak akan pernah saya dapatkan ketika mengenyam
pendidikan di luar pesantren.
Semenjak
mengeyam pendidikan tingkat TK, SD, SMP hingga SMA saya tidak pernah berfikir
untuk mondok, karena bagi saya mondok itu seperti penjara yang mengekang
kebebasan sehingga kalangan santri menyebut pondok itu sebagai penjara suci.
Entah kenapa
kedua orang tua mewajibkan saya untuk mondok padahal sedikitpun keinginan untuk
mondok tidak ada, Mungkin orang tua saya punya alasan tersendiri mengapa saya
dimasukkan dalam pesantren. karena dari empat bersaudara hanya saya yang agak
sulit disuruh untuk mondok sampek – sampek nangis di pundak ibu. Ahh . . .
sudah lupakan, itu sebuah kenangan yang tak akan pernah terulang tapi patut
untuk dikenang untuk cerita anak – anak saya kelak hahahaha . . .
Saya menjadi
santri di pondok pesantren salafiyah syafi’iyah sukorejo hanya 3 tahun. Bagi
orang – orang pesantren 3 tahun hanya sebatas “ngampong kemmeh” bahasa ini
populer dikalangan pesantren yang artinya hanya “Numpang kencing”. Bayangkan 3
tahun mondok diibaratkan hanya numpang kencing
jika diibaratkan dengan makanan hanya mencicipi. Walaupun hanya sebatas
mencicipi saya mendapatkan banyak pelajaran yang sangat berharga semasa hidup
di penjara suci.
Hari pertama
ke dua hingga sebulan hidup dipesantren, saya merasakan laiknya dipenjara
karena kebebasan yang pernah saya rasakan di luar tidak saya dapatkan
dikehidupan pesantren. Saya merenung dikamar sendiri dan bergumam, seperti ini
ya kehidupan pesantren. “Ya Allah, saya tak kerasan, saya ingin pulang”.
Seiring
dengan berjalannya waktu, hampir setahun hidup dipenjara suci saya mulai
kerasan dan menikmati hidup dipesantren karena saya selalu terngiang pesan
orangtua “kamu harus mondok, entah berapa tahun kamu dipondok intinya kamu
harus mondok karena saya ingin kamu lebih baik serta mempunyai pegangan ketika
hidup diluar pesanten”. Pesan inilah yang membuat saya semangat untuk menikmati
kehidupan pesantren.
Pengalaman
serta kesan apapun yang saya alami di pesantren, memberikan pelajaran berarti.
Suka – duka menjadi kaum bersarung serta berpeci hanya bisa saya rasakan di lingkungan
pesantren. Hidup di pesantren mengajarkanku bagaimana menjadi pribadi yang
mandiri, jauh dari keluarga, saudara, sahabat yang selalu menemani.
Berbicara
kebersamaan, dipesantren kebersamaan antara santri yang satu dengan yang
lainnya sangat kuat seakan – akan sudah menjadi keluarga yang selalu bersama.
Saya ingat, ketika ada orang tua santri yang datang untuk mengunjungi anaknya,
pasti wali santri membawa nasi untuk anaknya serta santri lainnya yang tinggal
sekamar. Dari bungkusan nasi itulah kebersamaan santri terihat, sebelum makan
bungkusan nasi itu digabung jadi satu sehingga bisa makan bersama – sama, ramai
saling berebut nasi sudah menjadi hal biasa yang menjadikan sebuah kebersamaan
semakin erat.
Tidur bersama, saling berebut tempat tidur,
hingga berebut selimut menghiasi kebersamaan para santri disaat akan tidur.
Ketika musim dingin sebagian para santri saling erat berpelukan untuk mencari
kehangatan “gak ada niat apa – apa” Intinya semua demi kehangatan serta
kebersamaan.
Main sepak
bola di alas padahal bermain sepakbola dipesantren dilarang, jika ada keamanan
para santri lari menyelamatkan diri masing – masing karena jika tertangkap maka
akan di sel atau kelapanya digundul. dan masih banyak cerita lain yang tak bisa
saya ceritakan semua. Biar tahu kehidupan pesantren mangkanya ayo mondok.
Di pondok
pesantren salafiyah syafi’iyah terkenal dengan yang namanya barokah. Menurut
kamus besar bahasa indonesia (2008:179) berkah adalah “karunia tuhan yang
mendatangkan kebaikan bagi kehidupan manusia” sedangkan menurut istilah,
barokah adalah ZIYADATUL KHAIR, artinya “bertambahnya kebaikan” ( Imam Al-
Ghazali, Ensiklopedia Tasawuf, hal. 79 ) para ulama juga menjelaskan makna
berkah sebagai segala sesuatu yang banyak dan melimpah, mencakup berkah –
berkah material dan spiritual, seperti keamanan, ketenangan, kesehatan, harta,
anak, dan manusia.
Saya pernah
ikut Alm. KHR. Fawaid As’ad syamsul Arifin
ke jember waktu itu ada acara syuting gambus albadar kebetulan saya semobil
dengan kiai. Ketika sampai ditempat syuting kiai istirahat dan makan bakso,
baksonya masih tersisa, sisa bakso itulah menjadi rebutan oleh para santri,
tujuannya satu demi mendapatkan barokahnya kiai, ketika itu saya dapat kuahnya.
Ada lagi santri yang selalu menata sandal kiai, ada santri yang mengabdi untuk
menyapu halaman rumah kiai serta banyak hal lainya yang bisa dilakukan demi
mendapatkan barokah sang kiai dan pesantren.
Saya bangga
menjadi santri. Karena dengan menjadi santri saya sedikit tahu ilmu agama. saya
bangga menjadi santri karena dengan mejadi santri saya bisa merasakan nikmatnya
kebersamaan yang tidak bisa saya dapatkan diluar penjara suci. Saya bangga menjadi
santri karena saat menjadi santri saya sering menulis surat cinta dikertas
putih yang tak pernah ku lakukakn ketika menjadi alumni. saya bangga menjadi
santri karena saat menjadi santri saya diajarkan untuk menjadi orang yang
sederhana yang tak gampang puas diri. saya bangga menjadi santri karena saat
menjadi santri saya di didik untuk menjadi insan yang islami. saya bangga
menjadi santri karena dari santri saya siap berkecimpung dengan masyarakat.
saya bangga menjadi santri karena dari santri saya tahu bahwasanya ilmu dunia
serta akhirat harus seimbang agar tak salah dalam melangkah.
Terimaksih
Bapak,Ibu telah memaksaku untuk mengenyam ilmu di penjara suci, sekarang aku
sadar bahwasanya mondok itu penting walaupun mengekang diri.
Ayo Mondok,
Santri itu keren lo, ukirlah cerita manis di penjara suci.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusAda kebanggaan tersendiri ketika menjadi santri
BalasHapusHehehe bentar lagi insyaallah saya mondok 3 tahun😁
BalasHapusmantap sekali
BalasHapus