Aku Takut, Aku Bimbang, Aku Risau
atas segala perbuatan yang pernah ku lakukan. perbuatan
SEPELE tapi mengundang murkanya, yang tak henti – hentinya ku lakukan padahal
aku sudah berikrar untuk merubah dan tak melakukan perbuatan yang hanya
merugikan ku, merugikan masa depanku,
lebih – lebih merugikan ke dua orang tua ku.
Ya .
. . itulah yang selama ini ku rasakan, ku hanya merasakan kebahagiaan sesaat
dan bagiku itu kebahagiaan yang SEMU. Aku sadar bahagiaku dulu hanya akan
merugikanku, merugikan kedua orang tuaku, dan merugikan masa depanku karena
bahagiaku dulu adalah kebahgiaan diatas penderitaan dan jeri payah kedua orang
tuaku.
Aku
bingung dengan tingkahku, cara berfikirku kenapa aku kok tetap seperti ini,
kenapa aku tidak bisa berubah padahal sudah bertekad untuk berbenah? kenapa aku kok tetap melakukan perbuatan yang
berdampak buruk bagi masa depanku?
Ku
sempatkan bertanya pada diriku, bertanya berapa besar dosaku? bagaimana cara untuk
menebusnya ? apakah tak rugi ku melakukan sholat, mengaji, berbuat kebajikan
terhadap sesama, tapi ku masih melakuan perbuatan yang tak di ridoinya ? itulah
segelintir pertanyaan yang ada di benakku. ketika ku melakukan perbuatan yang
tak seharusnya ku lakukan, terkadang aku ingat dengan kedua orang tuaku.
Terbayang bapak dan ibu ketika sakit, terbayang bapak ku mengais rezeki yang
rela berpanas – panasan, rela tangannya bersimbah oli, bensin, itu semua dilakukan demi aku, demi aku, ku merasa
menjadi penghianat Bapak dan Ibu ku, kenapa ? karena disaat Bapak ibuku sakit,
susah payah, tertimpah musibah. kadangkala ku hanya bersenang – senang dengan
perbuatan yang jika keduanya tahu membuat mereka kecewa berat terhadap tingkah
lakuku.
PELAJARAN
UNTUKKU . . .
Aku terbayang, Terkadang di jalan raya ku
melihat anak – anak yang seharusnya mengenyam pendidikan di bangku sekolah tapi
dia malah menjadi pengemis, menjadi pemungut barang bekas untuk mendapatkan
sesuap nasi sekaligus membantu perekonomian keluarganya. coba bandingkan dengan
ku, nasib ku lebih baik dari mereka, ku tak menjadi pemulung, aku tak menjadi
pengemis. hidup ku lebih baik dari
mereka aku makan tanpa bersusah payah seperti mereka.
ketika ku melihat fenomena seperti itu aku
merasa menjadi ANAK yang penghianat terhadap jeri payah orang tuaku. ketika ku
melihat anak – anak cacat yang sering melintas didepan mataku, hatiku terisak
melihatnya. ya allah aku ini sempurna dibandingkan dengan mereka yang tak
punyak kaki, yang tak punyak tangan, yang tak bisa melihat, yang tak bisa
mendengar dengan jelas.
Aku
ini lebih dari mereka, aku bisa mengenyam pendidikan hingga saat ini, sedangkan
mereka mengenyam pendidikan tingkat SD pun terasa berat. Ya allah aku ini
beruntung karena ku tak menjadi pemulung seperti mereka. entahlah bagaimana
jika aku menjadi pemulung, pengemis? bagaimana
rasanya jika ku tidak bisa mengeyam pendidikan hingga saat ini ? bagaimana jika
ku ditakdirkan cacat seperti mereka?
Masih
banyak contoh yang mebuatku bergeming, yang membuatku merasa menjadi penghianat
jeri payah ke dua orang tuaku. Ini hanya segelintir contoh yang membuatku
merasa berdosa, merasa bersalah terhadap allah yang menciptakan ku dan yang
memberi ku sejuta kebahgiaan, seabrak kenikmatan terhadap kehidupan ku. Pantaskah
aku lari dari semua nikmat MU ?
Bapak, Ibu Aku merasa berkhianat terhadap jeri
payahmu, aku merasa perjalanan HIDUPKU ini hanya bersenang – senang tanpa
melihat dedikasimu untuk mendidik ku
hingga dewasa, menyekolahkan hingga dibangku kuliah, membiayahi kebutuhan
sehari – hari ku hingga apapun yang ku minta hampir semuanya engkau penuhi.
AKU
Salah, Aku penghianat, atas semua tingkah lakuku. Aku berjanji padamu untuk merubah semua tentang ku demi BAPAK dan
IBU, demi masa depan ku. aku berjanji
akan merubah semua masa lalu ku, aku berjanji akan mematuhi semua perintahmu
selagi ku masih bisa untuk melaksanakan semua perintahmu. BAPAK, IBU maafkan semua
kesalahan yang pernah ku lakukan terhadapmu. Aku salut padamu engkau orang tua
yang slalu sabar untuk mendidik anak – anakmu walaupun terkadang anak - anakmu
melawan perintahmu. Dedikasimu tak ternilai untukku, engkau lelaki yang
paling hebat yang mengajarkanku untuk bekerja keras, berani dengan prinsip “
Jangan pernah takut jika kamu tidak salah, tapi jika kamu melakukan kesalahan
segeralah untuk meminta maaf “ engkau
wanita yang paling tangguh dalam kehidupanku yang mengajarkaknku “ untuk sabar
dalam menghadapi apapun yang terjadi, dan ikhlas menerima apapun yang telah
terjadi ”. Terimakasih yang tak terhingga atas semua dedikasi yang telah
engkau berikan untukku.
Sobat
. . .
Sayangilah
Orang tuamu selagi belum sakit.
Cintailah
Orang tuamu selagi masih ada di sampingmu.
Doakan
Bapak dan Ibumu agar panjang umur dan diberkahi perjalanan hidupnya.
Berikan
Nafkah jika kau telah sanggup untuk menfkahinya.
Patuhlah terhadap semua perintah bapak dan ibumu walaupun terkadang
tak sesuai dengan harapanmu ( prioritaskan kehendak & kebahagian orangtuamu
)
Doakan mereka disetiap sujudmu.
Dedikasikan hidupmu untuk bapak dan ibumu.
Buatlah dia tersenyum atas semua tingkah lakumu.
Rawatlah dengan ikhlas ketika bapak dan ibumu sakit.
Dan Jagalah dengan baik Bapak dan Ibumu sebelum kau ditinggalkannya
untuk selamanya . . .
Bapak dan Ibu aku berdoa untukmu :
Alloohummaghfirlii
waliwaalidayya war hamhumaa kama rabbayaanii shagiiraa
( Ya Allah,
Ampunilah aku dan Ibu Bapakku, sayangilah mereka seperti mereka menyayangiku di
waktu kecil )
Tetap semangat dan Sukses slalu
Banyuwangi 18 Agustus 2015