Selasa, 18 Agustus 2015

SECERCAH CAHAYA UNTUK BERBENAH



            Aku Takut, Aku Bimbang, Aku Risau atas segala perbuatan yang pernah ku lakukan.   perbuatan SEPELE tapi mengundang murkanya, yang tak henti – hentinya ku lakukan padahal aku sudah berikrar untuk merubah dan tak melakukan perbuatan yang hanya merugikan ku, merugikan  masa depanku, lebih – lebih merugikan ke dua orang tua ku.

Ya . . . itulah yang selama ini ku rasakan, ku hanya merasakan kebahagiaan sesaat dan bagiku itu kebahagiaan yang SEMU. Aku sadar bahagiaku dulu hanya akan merugikanku, merugikan kedua orang tuaku, dan merugikan masa depanku karena bahagiaku dulu adalah kebahgiaan diatas penderitaan dan jeri payah kedua orang tuaku.

Aku bingung dengan tingkahku, cara berfikirku kenapa aku kok tetap seperti ini, kenapa aku tidak bisa berubah padahal sudah bertekad untuk berbenah?  kenapa aku kok tetap melakukan perbuatan yang berdampak buruk bagi masa depanku?

Ku sempatkan bertanya pada diriku, bertanya berapa besar dosaku? bagaimana cara untuk menebusnya ? apakah tak rugi ku melakukan sholat, mengaji, berbuat kebajikan terhadap sesama, tapi ku masih melakuan perbuatan yang tak di ridoinya ? itulah segelintir pertanyaan yang ada di benakku. ketika ku melakukan perbuatan yang tak seharusnya ku lakukan, terkadang aku ingat dengan kedua orang tuaku. Terbayang bapak dan ibu ketika sakit, terbayang bapak ku mengais rezeki yang rela berpanas – panasan, rela tangannya bersimbah oli, bensin,  itu semua dilakukan demi aku, demi aku, ku merasa menjadi penghianat Bapak dan Ibu ku, kenapa ? karena disaat Bapak ibuku sakit, susah payah, tertimpah musibah. kadangkala ku hanya bersenang – senang dengan perbuatan yang jika keduanya tahu membuat mereka kecewa berat terhadap tingkah lakuku.

PELAJARAN UNTUKKU . . .

 Aku terbayang, Terkadang di jalan raya ku melihat anak – anak yang seharusnya mengenyam pendidikan di bangku sekolah tapi dia malah menjadi pengemis, menjadi pemungut barang bekas untuk mendapatkan sesuap nasi sekaligus membantu perekonomian keluarganya. coba bandingkan dengan ku, nasib ku lebih baik dari mereka, ku tak menjadi pemulung, aku tak menjadi pengemis.  hidup ku lebih baik dari mereka aku makan tanpa bersusah payah seperti mereka.

 ketika ku melihat fenomena seperti itu aku merasa menjadi ANAK yang penghianat terhadap jeri payah orang tuaku. ketika ku melihat anak – anak cacat yang sering melintas didepan mataku, hatiku terisak melihatnya. ya allah aku ini sempurna dibandingkan dengan mereka yang tak punyak kaki, yang tak punyak tangan, yang tak bisa melihat, yang tak bisa mendengar dengan jelas.

Aku ini lebih dari mereka, aku bisa mengenyam pendidikan hingga saat ini, sedangkan mereka mengenyam pendidikan tingkat SD pun terasa berat. Ya allah aku ini beruntung karena ku tak menjadi pemulung seperti mereka. entahlah bagaimana jika aku menjadi pemulung, pengemis?  bagaimana rasanya jika ku tidak bisa mengeyam pendidikan hingga saat ini ? bagaimana jika ku ditakdirkan cacat seperti mereka?

Masih banyak contoh yang mebuatku bergeming, yang membuatku merasa menjadi penghianat jeri payah ke dua orang tuaku. Ini hanya segelintir contoh yang membuatku merasa berdosa, merasa bersalah terhadap allah yang menciptakan ku dan yang memberi ku sejuta kebahgiaan, seabrak kenikmatan terhadap kehidupan ku. Pantaskah aku lari dari semua nikmat MU ?

 Bapak, Ibu Aku merasa berkhianat terhadap jeri payahmu, aku merasa perjalanan HIDUPKU ini hanya bersenang – senang tanpa melihat dedikasimu  untuk mendidik ku hingga dewasa, menyekolahkan hingga dibangku kuliah, membiayahi kebutuhan sehari – hari ku hingga apapun yang ku minta hampir semuanya engkau penuhi.

AKU Salah, Aku penghianat, atas semua tingkah lakuku. Aku berjanji padamu  untuk merubah semua tentang ku demi BAPAK dan  IBU, demi masa depan ku. aku berjanji akan merubah semua masa lalu ku, aku berjanji akan mematuhi semua perintahmu selagi ku masih bisa untuk melaksanakan semua perintahmu. BAPAK, IBU maafkan semua kesalahan yang pernah ku lakukan terhadapmu. Aku salut padamu engkau orang tua yang slalu sabar untuk mendidik anak – anakmu walaupun terkadang anak - anakmu melawan perintahmu. Dedikasimu tak ternilai untukku, engkau lelaki yang paling hebat yang mengajarkanku untuk bekerja keras, berani dengan prinsip “ Jangan pernah takut jika kamu tidak salah, tapi jika kamu melakukan kesalahan segeralah untuk meminta maaf “  engkau wanita yang paling tangguh dalam kehidupanku yang mengajarkaknku “ untuk sabar dalam menghadapi apapun yang terjadi, dan ikhlas menerima apapun yang telah terjadi ”. Terimakasih yang tak terhingga atas semua dedikasi yang telah engkau berikan untukku.

Sobat . . .
Sayangilah Orang tuamu selagi belum sakit.
Cintailah Orang tuamu selagi masih ada di sampingmu.
Doakan Bapak dan Ibumu agar panjang umur dan diberkahi perjalanan hidupnya.
Berikan Nafkah jika kau telah sanggup untuk menfkahinya.
Patuhlah terhadap semua perintah bapak dan ibumu walaupun terkadang tak sesuai dengan harapanmu ( prioritaskan kehendak & kebahagian orangtuamu )
Doakan mereka disetiap sujudmu.
Dedikasikan hidupmu untuk bapak dan ibumu.
Buatlah dia tersenyum atas semua tingkah lakumu.
Rawatlah dengan ikhlas ketika bapak dan ibumu sakit.
Dan Jagalah dengan baik Bapak dan Ibumu sebelum kau ditinggalkannya untuk selamanya . . .

 Bapak dan Ibu aku berdoa untukmu :

Alloohummaghfirlii waliwaalidayya war hamhumaa kama rabbayaanii shagiiraa
( Ya Allah, Ampunilah aku dan Ibu Bapakku, sayangilah mereka seperti mereka menyayangiku di waktu kecil )

Tetap semangat dan Sukses slalu
Banyuwangi 18 Agustus 2015



           

Tidak ada komentar:

Posting Komentar