Minggu, 15 November 2015

Dear : Kamu



Ku Serahkan Rasa ini pada – Mu,

Engkaulah yang maha tahu akan rasa yang terpendam dalam jiwa,

Engkaulah yang maha kuasa, Engkaulah yang maha mengetahui,

sedang hamba tidak mengetahui.

Semoga rasa ini tulus pemberian darimu.



Rasa yang tak pernah Pudar


Yaaa . . . HARUS KU AKUI . . .


Rasa ini  terpendam indah dalam jiwa, rasa yang terus tumbuh, dimanapun aku berpijak rasa ini selalu mengikutiku hingga terkadang aku dipaksa untuk mengingatmu. Rasa ini mengalahkan rasaku terhadap siapapun yang pernah menumbuhkan rasa padaku. Tak bisa ku pungkiri Rasa ini begitu kuat tertanam dalam jiwa. pernah suatu ketika aku mencoba melupakan rasa ini, tapi tak bisa. Ketika aku mencoba untuk melupakan, saat itulah kamu hadir  membayangiku, seakan – akan aku tak akan pernah bisa lari dari rasa ini. Sebenarnya bukan maksudku untuk lari dari perasaan ini, tapi aku menyadari aku seorang lelaki yang tak pantas untuk memilikimu, aku seorang lelaki yang tak pantas untuk mencintaimu. Tapi Sekuat apapun caraku untuk lari darimu, sehebat apapun usahaku memalingkan rasa terhadapmu, semuanya akan sia – sia karena bayangmu selalu hadir dalam benakku. 


Berbicara Rasa, berbicara Cinta memang indah, tapi terkadang juga rumit bahkan menyakitkan, inilah yang ku rasakan. tapi bagiku Cinta adalah nikmat, nikmat yang wajib ku syukuri, karena dengan cinta hidupku menjadi bermakna dan berwarna.  Ah entahlah . . . CINTA itu memang indah dan terkadang menyakitkan karena cinta memiliki seribu rahasia, sejuta makna yang tak mampu ku definisikan satu per satu setiap esensi didalamnya.


Seperti rasaku padamu, yang memberi ku warna dalam setiap perjalanan hidupku. kamu adalah inspirasi hidupku, kamu adalah agen of change dalam hidupku, kamu adalah wanita hebat yang pernah ku temui, dan kamu adalah wanita penyemangatku, aku berterimakasih bisa mengenalmu.


Jika boleh jujur, aku ingin menyampaikan rasa ini padamu, tapi kapan? aku merasa berat untuk menyampaikannya padahal aku tidak pernah mengalami situasi seperti ini, ketika aku mencintai seseorang dengan mudahnya untuk mengutarakan rasa cintaku, tapi kenapa ketika akan menyampaikan rasa cinta padamu terasa ada suatu hal yang mengganjal? inilah pertanyaan yang sampai saat ini tak bisa ku temukan jawabannya. Tapi aku janji Suatu saat nanti aku akan memanggilmu, aku akan menyampaikan rasa ini padamu. karena sampai detik ini namamu masih terukir indah dalam jiwa, bayangmu masih setia menghiasi hati dan pikiranku. 


Aku mencintaimu, aku menyayangimu, tapi apakah aku pantas memilikimu? Aku tak akan pernah peduli kelak kamu jodohku atau bukan, karena dibalik itu semua kamulah wanita yang sampai detik ini ku perjuangkan. Aku yakin perjuangan ini tidak salah, aku yakin perjuangan ini tidak akan sia – sia dan aku yakin allah akan memberikan hasil yang terbaik untukku. Karena setiap perjuangan pasti menghasilkan, jika gagal perjuangan akan memberikan pelajaran, jika berhasil perjuangan akan memberi kebahagian.

Nanti, apapun hasilnya aku akan menerima dengan lapang dada. Apapun jawabannya aku ikhlas untuk menerima. Karena pada hakekanya aku tak boleh memaksakan kehendakku untuk memilikimu, aku mencintaimu, tapi belum tentu kamu mencintaiku. Aku menyayangimu, tapi belum tentu kamu juga menyayangiku. Iya kan? Semuanya allah yang mengatur, saat ini aku hanya bisa berjuang dan berdoa untuk mendapatkan wanita yang memang benar – benar ditakdirkan untuk ku. 


Dalam setiap sujud dan doaku namamu selalu kesebut dan ku berdoa  Jika memang kamu jodohku dekatkanlah, jika memang kamu wanita yang ditakdirkan untukku semoga kamu merasakan apa yang ku rasakan saat ini, aku ingin rasaku dan rasamu menyatu, karena Dalam setiap mimpiku kamu selalu hadir. tuhan hadirkan bayangmu dikalah kamu tersenyum, bahagia, menangis, marah, bahkan sedih sekalipun semuanya pernah kurasakan bersamamu dalam setiap mimpiku. Ketika aku melakukan sholat istikhoroh memohon petunjuk terhadap rasa, keyakinan, dan mimpi tentangmu, kamulah jawabannya, kamu wanita yang terus membayangiku. 


Ahhhhhhhh . . . entahlah mungkin tuhan tahu dengan mauku, mungkin tuhan  mengerti dengan rasaku, tapi sayang aku tidak bisa meraba – raba bagaimana ketetapan dan rahasianya? Apakah kamu memang benar – benar untukku?



KAMU . . .


Aku mencintaimu, Aku menyanyangimu, aku ingin memilikimu, aku ingin berjuang bersamamu dalam menjalani kehidupan dunia dan akhirat, aku ingin menyempurnakan agamaku bersamamu, aku ingin tertawa bersamamu, aku ingin menangis bersamamu, aku ingin bersedih denganmu, aku ingin bahagia bersamamu, aku ingin meraih cita – cita bersamamu, aku ingin melukiskan cerita bersamamu, aku ingin meraih asa bersamamu, aku ingin berjuang bersamamu, Karena aku merasa nyaman berada disampingmu. Tunggu aku untuk mendapatkan masa yang tepat, hingga akhirnya aku menyampaikan rasa ini padamu. Apapun jawabanmu, sekali lagi aku ikhlas dan menerima dengan lapang dada. Yang terpenting apapun jawabannya nanti tetaplah menjadi wanita yang seperti ku kenal saat ini, wanita yang tegar, wanita yang istiqhomah dalam melakukan kebaikan, wanita yang hidup dengan kesederhanaan, wanita yang apa adanya, wanita yang terus berusaha berjuang demi memperbaiki diri, wanita yang tak pernah lelah untuk diajak berjuang bersama, aku salut denganmu karena hal inilah yang menumbuhkan rasa cintaku padamu.


Niatku tulus mencintaimu, sehingga meyakinkanku untuk tidak pesimis dengan rasa ini untuk menyampaikannya, apapun jawaban kamu, aku pasrahkan saja semua pada yang memberiku rasa, karena inti dari rasa ini adalah proses dan jeri payah yang sudah ku lakukan selama ini. Aku hanya ingin menghormati kamu, aku hanya ingin menghormati rasaku, aku ingin menghormati proses yang sudah ku lalui. Dan aku harus menyampaikan rasa ini.



Aku ingin mencintaimu dengan sederhana,

seperti kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang menjadikannya abu.  

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana, seperti isyarat yang tak sempat dikirimkan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada.


Cinta

Ketika cinta memanggilmu maka dekatilah dia walau jalannya terjal berliku, jika cinta memelukmu maka dekaplah ia walau pedang di sela – sela sayapnya meukaimu ( Kahlil Gibran ) 



AKU MENCINTAIMU

15.11.2015

 

 

 







Tidak ada komentar:

Posting Komentar